Organisasi bisnis maju dan modern karena konsep dasar bisnis dituangkan menjadi : (1) visi yang spesifik (specific vision), (2) misi yang terukur (measurable mission), (3) program kerja yang dapat diraih (achievable program), (4) strategi yang rasional ( rational strategies) serta (5) pola eksekusi yang menuntut efisiensi dan (6) tindakan yang menghasilkan manfaat atau nilai ( values) pada kerangka waktu tertentu serta (7) inovatif dengan dinamika faktor perubahan ( driven changes)
Indikator progres diukur. Derajat keberhasilan dievaluasi antara kesesuaian konsep bisnis dengan perilaku eksekusi. Implikasi dari pilihan strategi. Karena, tindakan eksekusi memiliki dasar pengambilan keputusan terhadap pertanggungjawaban prosedur dan mekanisme eksekusi itu sendiri. Ada ukuran efisiensi terhadap pemanfaatan sumber-sumber daya internal serta efektivitas pencapaian target – target dari tujuan (goals) itu sendiri.
Kemampuan kompetitif organisasi (perusahaan) makin tinggi ketika strategi diterjemahkan dalam program kerja dan langkah-langkah taktis yang terukur. Sehingga sistem nilai yang tertuang dalam visi misi perusahaan menjadi target sukses itu langsung. Aplikasi dimensi menejerial menyatu padu dengan pelaksanaan program kerja bisnis (how to act) sesuai mata rantai aktivitas keseharian usaha.
Tindakan pelaksanaan program kerja bisnis di setiap lini department atau bidang adalah wujud dari implementasi dan aplikasi struktur organisasi. Mengukur efektivitas pelaksanaan point per poin strategi pada setiap jenjang hirarkhi menejemen dengan substansi prosesnya masing-masing. Strategi bukan lagi sekadar aktualisasi konsep bisnis. Menjadi faktor penggerak untuk mengukur keberhasilan pencapaian eksekusi (tindakan langsung) itu sendiri, yang menunjukkan kuantitas dan kualitas output secara berkelanjutan.
Langkah awal action adalah energi besar u konsisten
Strategi memiliki dimensi yang berbeda dengan eksekusi. Satu sama lain mengikat. Bagian tidak terpisahkan, dalam meningkatkan budaya berprestasi perusahaan (corporate’s achievement culture) maupun aktualisasi sistem nilai (values system) organisasi. Strategi yang applicable mengikuti karakteristik perubahan mampu menjamin daya survival organisasi. Bahkan hingga pembuktian pencapaian indikator kinerja (kpi:key performance indicators) organisasi, keberhasilan tingkat jaminan pendapatan (laba) serta rasio pertumbuhan asset organisasi.
Strategi tidak hanya konsep untuk memenangkan persaingan. Strategi bukan hanya memiliki dimensi dalam mengaplikasikan dan mengkapitalisasi perilaku menejemen pada program-program bisnis yang terencana. Strategi menjadi satu kesatuan yang utuh dan terukur ketika sumber daya manusia (SDM) memiliki kompetensi dasar (basic competencies) maupun kapasitas operasional menejerial dalam merealisasi tupoksi dan target kerja sesuai alur mekanisme organisasi (organization chart). Strategi menjadi pendekatan taktis untuk pembuktian efektivitas perilaku organisasi dalam meraih keberhasilan tujuan.
Strategi menjadi daya ungkit (leverage) kinerja ketika eksekusi ditindaklanjuti oleh seluruh perangkat tim SDM. Pola-pola tindakan berpatokan pada prosedur standar yang baku. Sikap dan motif kerja sepenuhnya berorientasi hasil (output dan outcomes). Dengan dukungan kapasitas dan kompetensi masing-masing, setiap pribadi tahu bagaimana mempertanggungjawabkan beban kerja yang diemban sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan. Setiap orang ditarget untuk menaikkan pola efisiensi dan efektivitas kerja masing-masing dengan ukuran zero risk serta ukuran indikator pencapaian keberhasilan.
Setiap anggota tim, berani selangkah lebih inovatif menaikkan daya kompetisi dengan nilai keunggulan tertentu. Meraih prospek pasar dan berkompetisi secara futuristik mengikuti trend aplikasi teknologi (modern dan digitalisasi). Sehingga positioning organisasi mampu dinamis kompetitif di tingkat lokal, nasional maupun lintas korporasi multi national antar regional.
Strategi jangka menengah panjang, diterjemahkan dan dikonstruksi secara taktis menjadi strategi jangka pendek yang berinovasi dengan potensi kolaborasi dan sinergi alternatif dengan para mitra pemangku kepentingan. Kehadiran para kompetitorpun mewajibkan organisasi untuk fleksibel dalam pendekatan operasional tanpa keluar dari fokus substansi target bisnis jangka pendek dan tujuan organisasi jangka menengah.
Karena content and context bisnis di era persaingan tanpa batas, selalu tarik menarik maupun tolak menolak (the law of attractions). Kebijakan organisasi dan inovasi kolaborasi yang inklusif melalui : (a) diskursus tujuan (goals sharing), (b) pertukaran informasi (information exchange), (c) studi kajian -kognisi (cognitive studies) dan (d) evaluasi hasil keluaran (output-outcomes evaluation) akan memampukan organisasi (perusahaan) berbeda metode dalam pencapaian keberhasilan kinerjanya.
Board of director (BOD) mengaktualisasikan basis kompetensi menejerial yang kualitatif dan unggul dalam penetapan kebijakan, strategi maupun eksekusi. Board of manager (BOM) dengan kualifikasi human capital dan kapasitas ketrampilan, diproyeksikan mampu merekonstruksi dan mengimplementasikan kebijakan dan strategi dalam satu kesatuan tindakan operasional dengan optimalisasi kerja tim. Semua berusaha memposisikan kapasitas diri sebagai eksekutif. Setiap orang menjadi pemimpin (leader) dalam mengukur metode dan proses implementasi langsung. Sehingga ada jaminan zero risk dan konsistensi antara kebijakan dengan aksi tindakan. Meski berbeda jenjang dan posisi (jabatan) tapi setiap pribadi memastikan tanggungjawabnya sebagai eksekutor sekaligus pelaksana yang kompeten.
Setiap SDM di internal organisasi memaksimalkan kesadaran professional untuk saling bersinergi dan berkolaborasi guna perolehan akumulasi keberhasilan organisasi. Sebagai wujud dari aktualisasi diri menaikkan nilai profesinalisme sekaligus aplikasi berkompetisi berdasarkan budaya berprestasi itu sendiri di lingkungan internal organisasi maupun eksternal global.
Strategi secara langsung membangun sinergi dan pola kolaborasi yang menaikkan fungsi komunikasi informasi di lingkungan internal organisasi, baik secara vertikal (top down), horizontal maupun komunikasi diagonal. Membangun dan mengembangkan pola komunikasi yang multilog. Tidak monolog maupun dialog saja. Eksekusi memposisikan setiap orang untuk siap bekerjasama di seksi (bidang) atau unit kerja masing-masing. Eksekusi memaksa setiap orang untuk mengakumulasikan pikiran, perasaaan, sikap dan pola kerja pada pencapaian akumulasi prestasi kinerja kolektif.
Meski strategi dan eksekusi memiliki dimensi pemaknaan yang berbeda, tetapi irisan hasil dari konspirasi 2 dimensi ini adalah kapasitas kepemimpinan personal semakin kuat. Integritas dan komitmen terbangun pada visi dan tujuan organisasi. Strategi memformula muatan untuk bertindak.Spirit untuk meraih tujuan. Sedangkan, eksekusi memastikan arah dan konsistensi dalam bertindak agar memperoleh ukuran keberhasilan tujuan.
Sehingga, strategi dan eksekusi menghadirkan dimensi kapasitas minat (concern of circle) maupun dimensi pengaruh ( circle of influence). Profesionalisme dan tanggungjawab (responsibility) menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kualitas pribadi maupun persfektif regenerasi kepemimpinan di masa depan.
Aksi eksekusi menterjemahkan strategi perusahaan untuk mengelola keberlanjutan hubungan dengan lingkungan (environment sustainability ) serta kebutuhan dari pemangku kepentingan (needs of stakeholders). Hasil keluaran akhir (outcomes) dari senyawa strategi dan eksekusi organisasi adalah perolehan indikator rasio-rasio finansial secara positif dari waktu ke waktu. Itulah keberhasilan kinerja (bisnis). (Anton Pasaribu, Konsultan Professional)