Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan, kurs rupiah di pasar spot menyentuh level paling lemah sejak awal November 2023 atau hampir lima bulan terakhir.
Rabu (27/3), kurs rupiah spot melemah 0,42% ke level Rp 15.858 per dolar AS. Kurs rupiah kemarin masih berada di Rp 15.793 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah hari ini akibat ketidakpastian di pasar Asia. Ketidakpastian ini meningkat akibat pengaruh dari pelemahan yuan China dan yen Jepang sepanjang hari ini.
Josua menyebut, investor berbalik skeptis terkait dengan kebijakan People's Bank of China (PBoC) yang melakukan fixing reference rate yuan Tiongkok kemarin. "Depresiasi rupiah juga diperkirakan didorong oleh kekhawatiran terkait dengan data personal consumption expenditures (PCE) yang akan rilis Kamis malam," kata Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (27/3).
Josua melanjutkan, pergerakan rupiah hingga ke level Rp 15.800 per dolar AS tidak lepas dari memburuknya sentimen global akibat data indikator AS yang masih relatif solid. Dari internal, domestik juga dipenuhi sentimen ketidakpastain terkait dengan perkembangan belanja APBN pada masa pemerintahan baru.
Pasalnya, kata Josua, para investor mengkhawatirkan kenaikan belanja pemerintah sehingga memperlebar defisit APBN. Pelebaran defisit APBN akan meningkatkan suplai surat berharga negara (SBN), sehingga para investor obligasi cenderung menahan untuk masuk ke pasar obligasi domestik saat ini.
Pelemahan rupiah pada gilirannya akan berdampak pada penurunan potensi return bagi para investor asing. "Namun, perlu dilihat lagi bahwa prospek kondisi makroekonomi Indonesia lainnya cukup stabil dan kuat, seperti dari sisi PDB dan inflasi," lanjutnya.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih solid, sehingga aset-aset Indonesia masih atraktif dibandingkan negara-negara yang serupa dengan Indonesia (peers). Selain itu, tingkat inflasi Indonesia masih cukup terjaga di kisaran 3% di tengah tekanan dari sisi suplai akibat El-Nino.
"Faktor makroekonomi yang stabil akan mendorong aset-aset domestik masih terlihat menarik di mata investor di tengah depresiasi nilai tukar rupiah," sambungnya.
Dus, Josua tetap melihat positif rupiah. Di akhir tahun, dia memproyeksikan rupiah akan berada di rentang Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS.
Pemangkasan suku bunga The Fed di paruh kedua akan memicu arus modal masuk ke pasar keuangan domestik sehingga mendorong penguatan nilai tukar rupiah. "Selain itu, pasca Pemilu, investor asing untuk investasi rill berpotensi kembali berinvestasi di Indonesia, sehingga arus modal cukup kuat di tahun ini," pungkas dia.